Friday, December 8, 2017

KRATON SOLO PURA MANGKUNEGARAN

KRATON SOLO PURA MANGKUNEGARAN (dijelaskan oleh IBU MARIANTI sebagai Local Guide di Pura Mangkunegaran)
 Dinasti Mataram Islam, dulu masih di Kartosuro jaman Kartosuro Amang Kurat Jawi atau Amang Kurat IV mempunyai 41 anak. Dari 41 anak terdapat 3 anak yang memiliki potensi yaitu:
1.      Anak pertama D’Permaisuri bernama Mangkunegoro putra mahkota
2.      Anak ke sepuluh bernama Pakubuwono II
3.      Anak ke dua puluh satu bernama Mangkubumi
Anak ke sepuluh dan dua puluh satu ini ingin menyingkirkan Mangkunegoro karena menginginkan tahta dan mereka meminta bantuan kepada belanda sehingga Mangkunegoro dibuang ke Srilanka dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Pada tahun 1755 mataram pecah menjadi 2 yaitu Surakarta dan Yogjakarta. Surakarta  Raja Pakubuwono II dan Yogjakarta Raja nya Mangkubuwono I. anaknya Mangkunegoro itu yang dibuang mempunyai anak Raden Mas Sabar, Raden Mas Said, Raden Ambiah mereka tidak boleh hidup di Kraton mereka hidup diluar sampai tidur dikandang kuda. Setelah besar Raden Mas Said dibantu oleh paman yang lain dan dibantu oleh juga pasukan tentara cina bernama Raden Mas Garendi terkenal dengan namanya Sunan Kuning karena kulitnya kuning dan mereka perang karena kesaktiannya mereka selalu menang. Karena menang atas Perjanjian Salatiga diKalijateng. Pada tahun 1757 Surakarta pecah menjadi 2 menjadi Mangkunegaran dan Kasunanan. Pada tahun 1813 Yogjakarta pecah menjadi 2 yang pecah yaitu Raffles Gubernur Jendaral Inggris menjadi Pakualaman dan Kasultanan. Awal berdirinya pada tahun 1757 oleh Raden Massaid pada saat itu beliau tidak memiliki istana seperti ini masih rumah biasa kalau istana seperti ini dibangun oleh Mangkunegoro yang ke II pada tahun 1804 dan direnovasi oleh Mangkunegoro IV selesai tahun 1866. Bangunan ini bernama Pendopo Agung paling besar di Indonesia Pendopo nya masih digunakan untuk menari dan resepsi Raja. Memiliki 3 Gamelan:
a.       Gamelan 1850 namanya Kyai Pamudaki Segorowindu dimainkan setiap hari sabtu
b.      Gamelan Kyai Lipposari khusus dimainkan untuk menari hari rabu
c.       Gamelan paling tua dijawa dibawa dari Denmark ke Surakarta 1751 Kyai Kayutmesum untuk upacara perkawinan raja atau putra-putri penting yang ada disini.

Ada 4 pilar simbol kehidupan yaitu air,udara,tanah dan api. 4 pilar ini dari 1 pohon yang dibelah menjadi 4 pilar diameternya 60 x 60. Disini ada kepercayaan yang bisa memeluk tiangnya bisa berdoa dan bisa terkabul.
Tempat tidur ditengah untuk meletakkan sesaji untuk Dewi Sri setiap malam jumat karena masyarakat disini petani. Memetik padi pada petikkan pertama diikat dengan kain baru dan digendong dengan kain baru dan selama perjalanan membawa Dewi Sri pulang kerumah dan sepanjang perjalanan tidak boleh bicara dengan siapa saja.
Ada juga perlengkapan untuk menari dan penarinya harus berpuasa selama 3 hari, harus masih perawan dan penari harus ada kerabat dengan Mangkunegaran juga dan tidak saat menstruasi. Untuk menari saat perkawinan Raja dan Penobatan Raja. Penari biasanya berjumlah 7 orang dan 9 orang. Penarinya berjumlah ganjil tetapi saat menari dan bisa menjadi genap.
Badong digunakan untuk menutup alat kelamin laki-laki. Jadi pada jaman dulu Raja-raja mau pergi perang atau buruh yang pergi tanpa istrinya dan ditutup oleh istrinya dan dikunci oleh istrinya agar tidak selingkuh dan memakai mantra-mantra untuk menguncinya karena pakai kunci bisa diduplikat.
Badong juga digunakan untuk menutup alat kelamin perempuan jika ditinggal suaminya pergi perang atau buruh agar tidak selingkuh. Menggunakan mantra-mantra  untuk menguncinya.

DESA WISATA KANDRI

    DESA WISATA KANDRI (dijelaskan oleh PAK EDY sebagai Local Guide di Desa Kandri)

Desa ini terdapat 4RW :
a.   RW 1: Ada tempat outbond, oma alas, oma pinter petani (belajar nanam durian,singkong,jambu Kristal)
b.      RW 2: Pusat olahan (sinkgong, batik, kesenian) dan lesung (tempat numbuk padi)
c.       RW 3: Pusat kesenian (wayang kulit, tari-tarian, menari kera)
d.      RW 4: Membangun atau membuat tanaman Aquaphonix

Pengelolaan tidak ada campur tangan dari masyarakat, fasilitas yang dikasih pemerintah yang jelas akses jalan kesana dan pelatihan bahasa inggris. Ada juga kampung inggris yaitu Petani dan anak kecil juga harus menggunakan bahasa inggris sekitar 4KM untuk menuju ketempat tersebut Serta terdapat Kandri Etnik yaitu tempat dimana anak-anak seni membuat kerajinan menggunakan limbah sampah, dan produk nya sudah banyak dipesan diberbagai daerah untuk Souvenir acara pernikahan. Disni semua menggunakan singkong dan disemarang ini makanan khas Sego Ketek dan Wingko Babat tetapi kami disini membuat Wingko Singkong yang rasanya tidak jauh dari wingko lainnya. Dari bibit menjadi usia panen itu waktunya 7 bulan. Sego Ketek itu biasanya dimakan setelah melakukan kegiatan Outbound ketika lelah sehingga wisatawan dapat menikmati makanan, Sego ketek adalah makanan panjang diatas daun pisang unik nya makanan ini akan dimakan tanpa menggunakan sendok , menu nya ada Osang-Osang daun singkong, ikan asin, Tahu bacem, Telur dadar.
Niih beberapa sosmed Kampoeng Telo, teman-teman bisa langsung contact kalau ingin menunjungi kampoeng ini, asik banget lohh apa lagi waktu menanam padi, aduhh pasti kalah banget deh feel nya waktu menunjungi ke mall wkwkwkwk

Sejarah Sam Poo kong

      SAM POO KONG 
Kelenteng yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya tulisan berbunyi "marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".
Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati laut jawa, namun saat melintasi laut jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh. Kemudian merapat ke pantai utara semarang untuk berlindung di sebuah Goa dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang diakibatkan pantai utara jawa selalu mengalami proses pendangkalan yang di akibatkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.

Setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam, di Klenteng ini juga terdapat Makam Seorang Juru Mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho.

KRATON SOLO PURA MANGKUNEGARAN

KRATON SOLO PURA MANGKUNEGARAN (dijelaskan oleh IBU MARIANTI sebagai Local Guide di Pura Mangkunegaran)  Dinasti Mataram Islam, dulu ma...